"Sudah cukup menurut saya peringatan bahkan Pak Presiden sendiri ketika rakernas beliau inginkan tiket harus diturunkan, salah satunya dengan penurunan harga avtur dan sudah dilakukan oleh Pertamina. Namun ternyata harga tiketnya belum turun juga," kata Menpar Arief dalam konferensi pers di Menara BCA, harga besi beton dan harga keramik atau harga cat kayu dan harga borongan bangunan atau harga paku dan harga cat tembok atau harga pipa pvc paralon dan harga tangki air atau harga wiremesh dan harga kanopi atau harga online dan harga atau 2019 Jakarta Pusat, Senin (4/3). Arief menegaskan, ketika harga tiket pesawat naik, maka permintaan otomatis akan menurun. Sehingga, industri pariwisata dan perhotelan ikut terdampak dengan sepinya wisatawan yang bepergian.
"Kalau kamu naikkan price, demand turun, kalau tidak begitu orang seenaknya naikkan price. Sekarang kalau pricing naik 100 persen apa yang terjadi? itulah yang terjadi, industrinya goncang," ujarnya.
Dia menceritakan beberapa hari lalu membeli tiket pesawat ke Padang, Sumatera Barat dengan harga yang masih cukup tinggi. Padahal harganya sudah diturunkan 20 persen dari kenaikan semula. "Kemarin dari Padang naik 210 persen, ketika ada diskon 20 persen angkanya masih tinggi. Ketika kami hitung pake kalkulator angkanya masih 168 persen," ujarnya.
Dia menyatakan, menaikkan harga tiket pesawat merupakan hak maskapai. Namun kenaikannya harus sesuai aturan agar masyarakat selaku pengguna jasa tidak kaget dengan tarif baru tersebut.
"Saya setuju usulan pak Menhub (Budi Karya Sumadi) kalau naik jangan mendadak dan besar. Mendadak boleh, tapi kecil (kenaikannya). Naik besar boleh, tapi bertahap. Atau memang ingin mengguncang industri ini karena naiknya lebih dari 100 persen? Karena teoritically demandnya akan hilang 100 persen," ujarnya.
Dengan mahalnya tiket pesawat, Menpar Arief menyebut semua pihak menderita kerugian. Oleh karena itu dia berharap kenaikan tarif pesawat dapat dilakukan secara bertahap agar masyarakat dapat menyesuaikan dengan harga baru.
"Kalau mau lihat kenyataannya, gak ada yang gak dirugikan. Airline rugi, Angkasa Pura penurunan pengunjung bandara, hotel rugi, petani rugi. Airline kalau harus naik tarif lakukan secara bertahap, kalau gak mendadak. Kalau mendadak jangan terlalu besar. Ada new normal yang bisa di-accept. Ini new normal yang tidak di-accept dengan guncangan sekarang ini," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar